Ada beberapa indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat antara lain melalui indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Pada bagian ini derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan digambarkan melalui Angka Mortalitas ; terdiri atas angka kematian neonatal, Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA),Angka Morbiditas : angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa.

Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor ekonomi, pendidikan. Lingkungan sosial, serta faktor lain yang kondisinya telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

  1. MORTALITAS

Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Mortalitas yang disajikan pada bab ini yaitu angka kematian neonatal, angka kematian bayi, dan angka kematian balita serta kematian ibu yang disebabkan kehamilan sampai melahirkan.

  1. Angka Kematian Neonatal (AKN)

Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang menginggal satu bulan pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.

angka kematian neonatal mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Target Renstra Kemenkes adalah 15/1.000 kelahiran hidup. Hal ini jika dibandingkan dengan target Renstra Kemenkes berarti kabupaten Hulu Sungai Selatan sudah memenuhi target, bahkan lebih baik dari target Kemenkes.

Angka Kematian Neonatal tahun 2016 adalah 14/1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian neonatal terbanyak ada di wilayah kerja Puskesmas Negara sebanyak 10 kasus, diikuti Puskesmas Pasungkan 7 kasus dan Puskesmas Telaga Langsat 6 kasus.