A. Prevalensi Balita Stunting per Kecamatan

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir. Akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK dari mulai janin sampai usia 2 Tahun. Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Berdasarkan hasil pengukuran balita bulan Agustus tahun 2021 dan bulan Agustus 2022 perkembangkan balita stunting di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. Prevalensi Stunting Berdasarkan e-PPGBM Tahun 2021 dan e-PPGBM tahun 2022

  NO  Kecamatane-PPGBM 2021 ( %)e-PPGBM 2022 (%)  Keterangan
1PADANG BATUNG8,0910,10Naik (2,01%)
2ANGKINANG9,346,50Turun (2,84%)
3TELAGA LANGSAT5,123,89Turun (1,23%)
4KANDANGAN3,763,67Turun (0,09%)
5SUNGAI RAYA8,627,04Turun (1,58%)
6SIMPUR9,014,32Turun (4,69%)
7KALUMPANG6,464,96Turun (1,5%)
8DAHA SELATAN2,811,96Turun (0,85%)
9DAHA UTARA3,503,03Turun (0,47%)
10DAHA BARAT10,717,34Turun (3,37%)
11LOKSADO4,013,34Turun (0,67%)
 KAB HSS5,374,53Turun (0,84%)

Sumber (e-PPGBM bulan Agustus 2021 dan Agustus 2022)

Dari table prevalensi stunting berdasarkan e-PPGBM di atas terlihat perkembangan kasus balita stunting secara umum di Kabupaten Hulu Sungai Selatan menurun.

Prevalensi stunting berdasarkan data e-PPGBM tahun 2021 pada Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 5,37% dan  tahun 2022 sebesar 4,53% terdapat penurunan sebesar 0,84%, ada satu kecamatan yang kasus stuntingnya naik yaitu kecamatan Padang Batung naik 2,01 %.
Adapun permasalahan gizi meliputi underweight (gizi kurang), wasting (kurus) dan stunting (pendek) dapat dilihat pada tabel berikut :

Sumber data: Dinkes Kab. HSS, Tahun 2022 (e-PPGBM Agustus 2022) ditarik 16 Desember 2022

Tabel tersebut menampilakan data di Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada Bulan Agustus 2022. Untuk Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat diketahui sasaran Proyeksi balita 17572, dan sasaran balita entry e- PPGBM 14.200 orang, BB/U (Berat Badan menurut Umur) untuk underwiegt   sebesar 1524 (4,54%) balita dari total entri 14200 orang di ePPGBM. Balita Wasting (BB/TB) sebesar 945 (6,65 %). Balita stunting berjumlah 659 balita (4,54%)

Berdasarkan rekap tahunan status gizi balita pada e-PPGBM tahun 2020, diperoleh angka balita stunting di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 6,86 %, pada bulan Agustus 2021 balita stunting sebesar 5,37 %. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan prevalensi stunting pada tahun 2019 dan 2018 sebagaimana terlihat pada grafik berikut :

Pada tahun 2022, Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 25 lokus desa yang akan di lakukan intervensi spesifik dan sensitif dalam upaya menurunkan dan mencegah kasus stunting. Berikut daftar lokasi focus stunting tahun 2022 :

DAFTAR DESA LOKASI FOKUS INTERVENSI PENURUNAN STUNTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2022

NOKECAMATANDESAJUMLAH BALITA STUNTINGPREVALENSI BALITA STUNTING (%)
1ANGKINANGBAMBAN SELATAN1632.65
2SUNGAI RAYASUNGAI KALI527.78
3ANGKINANGBAMBAN1525.42
4PADANG BATUNGJEMBATAN MERAH925
5PADANG BATUNGJELATANG1318.57
6PADANG BATUNGPAHAMPANGAN916.98
7SIMPURPANTAI ULIN1516.85
8KALUMPANGKARANG PACI816
9SIMPURWASAH TENGAH1315.48
10DAHA BARATBARU814.29
11DAHA BARATSIANG GANTUNG1013.89
12SIMPURGARUNGGANG613.64
13SUNGAI RAYASUNGAI RAYA UTARA713.21
14ANGKINANGBAMBAN UTARA813.11
15SUNGAI RAYAASAM1012.99
16PADANG BATUNGMALUTU1412.96
17PADANG BATUNGMALILINGIN1012.66
18KANDANGANGAMBAH LUAR712.5
19ANGKINANGKAYU ABANG1212.37
20PADANG BATUNGPADANG BATUNG812.24
21SUNGAI RAYABATANG KULUR KIRI512.2
22SUNGAI RAYABATANG KULUR KANAN512.2
23KANDANGANGAMBAH DALAM1712.06
24DAHA BARATTANJUNG SELOR1111.83
25SUNGAI RAYAIDA MANGGALA1111.58
26KANDANGANGAMBAH LUAR MUKA1610.26
27SUNGAI RAYATELAGA BIDADARI149.72
28PADANG BATUNGTABIHI107.87
29ANGKINANGTAWIA107.52
30DAHA SELATANHABIRAU TENGAH116.29
31DAHA SELATANPIHANIN RAYA104.72
32KANDANGANSUNGAI KUPANG104.69
33DAHA SELATANBANUA HANYAR114.58
34KANDANGANKANDANGAN KOTA162.93

Dari daftar lokasi focus stunting tersebut menunjukkan persentasi stunting tertinggi terdapat di desa Bamban Selatan  Kecamatan Angkinang sebesar 32,65 %,

Intervensi Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain dengan Gerakan Sadar Gizi Menunjang 1.000 HPK, Pemberian makanan Tambahan berbahan lokal lewat progran Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), PMT Pemulihan gizi berupa pemberian paket gizi, Orientasi petugas dan kader tentang Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA),  Konseling ASI eksklusif, Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dalam Penurunan Stunting, Konseling Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), Konsolidasi dan Konvergensi Lintas Sektor dan Lintas Program dalam Upaya Pencegahan Stunting, program penyehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi.

Kabupaten Hulu Sungai Selatan telah melakukan berbagai upaya inovasi dalam penurunan dan pencegahan stunting. Adapun inovasi yang dilakukan antara lain :

  1. Satu NIK sebuah aplikasi yang memuat data balita stunting, dan keluarga yang beresiko stunting Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan dapat di akses oleh SKPD yang terkait untuk intervensi pencegahan dan penanganan stunting.
  2. Si Midun chating ke Faskes yatu sebuah inovasi yang merangkul dukun kampung untuk merujuk pasien melahirkan ke pelayanan kesehatan dan memberi konseling tentang makanan bergizi kepada ibu hamil melalui media berupa gambar gambar yang mudah dipahami. Sehingga dukun kampung tidak lagi menolong persalinan tetapi merujuk pasien bersalin ke fasilitas kesehatan.
  3. PRS ( Program Rumah Sejahtera) : Inovasi di kembangkan oleh dinas sosial dalam bentuk renovasi rumah warga yang tidak layak huni menjadi rumah yang layak huni sehingga membantu keluarga untuk beraktivitas lebh nyaman dan pengasuhan anak di dalam keluarga menjadi lebih baik.
  4. Gebrak Sehati adalah gerakan pembangunan sarana air bersih dan jamban keluarga untuk keluarga beresiko stunting

Masih banyak lagi Inovasi –inovasi lain yang dilaksanakan di tingkat posyandu dan masyarakat.

A. Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian

Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta, adalah kepemilikan JKN, ketersediaan air bersih, kecacingan, ketersediaan jamban sehat, Imunisasi lengkap, merokok di dalam keluarga, riwayat ibu hamil yang KEK dan penyakit penyerta.

Ada 23 keluarga yang belum memiliki JKN, Beberapa wilayah mengalami kesulitan dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih. Masih ada balita yang belum diimunisasi lengkap, dan riwayat ibu hamil yang KEK.

B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1000 HPK yang Masih Bermasalah

Adapun masalah yang dapat memengaruhi perilaku kunci rumah tangga 1.000 HPK yang terjadi di desa yaitu Pola Asuh Balita, Pola Konsumsi Ibu hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang masih membutuhkan intervensi dan pembinaan. Untuk mengatasi permasalahan stunting telah dilakukan dengan berbagai upaya antara lain dengan memperbaiki gizi ibu hamil seperti pemberian makanan tambahan terutama bagi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), memberikan TTD bagi ibu hamil, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi bayi baru lahir, pemberian ASI Ekslusif bagi bayi, pemberian MP-ASI bagi bayi mulai usia 6 bulan,Pemberian PMT Pemulihan pada balita, pemberian vitamin A, pemenuhan imunisasi dasar lengkap, pemantauan tumbuh kembang Balita, meningkatkan akses sanitasi dan melakukan upaya promosi bagi keluarga untuk menggiatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga.

B. Kelompok Sasaran Berisiko

Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain Calon Pengantin, Ibu hamil, Bayi, dan Usia Bawah Dua tahun (Baduta). Remaja Putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI Eksklusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal dan meningkatkan angka kualitas hidup Kabupaten Hulu Sungai Selatan di masa depan.